DOWNLOAD FILE : PENGANTAR PEMASARAN HOSPITALITY
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemasaran berpengaruh besar dalam kehidupan kita sehari-hari,
mulai kita bangun pagi sampai terlelap di malam hari. Sebagai contoh,
disuatu pagi Vio terbangun oleh dering alaram jam dinding Seiko. Sebelum
beranjak dari tempat tidur Ligna yang empuk, tidak lupa ia menyetel radio
Geranimo FM yang menyiarkan tembang manis Nusantara. Kemudian, Vio membasuh
muka dengan Biore, menggosok gigi dengan Oral-B dan pasta gigi Closs-Up,
serta mandi dengan sabun Dove. Tidak lupa, ia keramas dengan Shampoo Heed
and Shaulder.
Setelah selesai mandi dan mengenakan kaos Polo dan jeans
Levis, Vio memakai parfum Axe yang baru dibelinya tadi malam di Malioboro Mal.
Tidak lama kemudian, terdengar suara ibunda tersayang memanggilnya untuk
bersama-sama menyantap sarapan pagi dengan mie instan Indomie dan minum teh
sariwangi. Setelah selesai sarapan, Vio segera berangkat kuliah dengan
mengemudi Toyota Kijang kesayangannya.
Contoh sederhana diatas, bisa diteruskan hingga
mencakup beraneka produk dengan beragam merek yang ada dipasaran. Poin utama
disini adalah produk-produk tersebut bisa hadir ke hadapan kita karena
adanya aktivitas pemasaran.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam
penulisan ini antara lain :
1.2.1 Apa itu pemasaran
dalam industry hosopitality ?
1.2.2 Apa itu Filsafat
Manajemen Pemasaran ?
1.2.3 Apa itu Budaya
Layanan Hospitality ?
1.2.4 Apa saja
karakteristik layanan hospitality ?
1.2.5 Apa saja strategi
manajemen layanan hospitality ?
1.3
Tujuan Masalah
Melihat rumusan masalah
yang ada, maka tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui
pemasaran dalam industry hospitality.
1.3.2 Untuk mengetahui
filsafat manajemen pemasaran
1.3.3 Untuk mengetahui
budaya layanan hospitality
1.3.4 Untuk mengetahui
karakteristik layanan hospitality
1.3.5 Untuk mengetahui
strategi manajemen layanan hospitality
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pemasaran dalam Industri Hospitality
2.1.1 Pentingnya Pemasaran
Industry
pemasaran adalah salah satu industry besar di dunia. Di Amerika Serikat,
industry itu merupakan penyedia kaerja nomor dua, menyerap sekitar 12 juta
pekerja. Di lebih dari 50 negara bagian, industry itu paling besar. Penjualan
total industry pariwisata saat ini melampaui $500 miliar per tahun.
Pemasaran
mulai mempunyai peran yang semakin penting dalam sector restoran di industry
pariwisata. Masuknya perusahaan raksasa ke dalam pasar pariwisata mengubah
industry kecil, yang di dalamnya hotel dan restoran milik pribadi merupakan hal
yang lazim terjadi, menjadi industry yang di dominasi oleh jaringan/rantai. Dua
puluh empat perusahaan kini menguasai kira-kira sepertiga dari semua penjualan
restoran.
Sebagai
reaksiatas tekanan persaingan yang semakin besar, rantai hotel lebih
mengandalkan keahlian direktur pemasaran. Posisi manajer makanan dan minuman
atau manajer divisi kamar tidak lagi menjadi satu-satunya jalur karier menuju
posisi manajer umum. Pada banyak rantai, posisi manajer utama. Beberapa rantai
hotel menciptakan struktur yang menempatkan direktur pemasaran langsung di
bawah langsung manajer perushaan. Berarti ada pengangkatan kepala pemasar hotel
ke level yang sama dengan manajer utama. Pemasaran merupakan falsafah yang
dibutuhkan oleh semua manajer. Kalau direktur pemasaran adalah pemasar
purnawaktu, maka setiap yang lain adalah pemasar paruh waktu.
2.1.2 Pemasaran Turisme
Dari
industry utama yang mencakup kegiatan yang kita sebut turisme adalah industry
perhotelan dan perjalanan. Pemasaran perhotelan yang sukses sangat bergantung
pada keseluruhan industry perjalanan. Sebagai contoh, banyak tamu tempat-tempat
peristirahatan atau hotel membeli paket pariwisata perjalanan yang dikemas dan
ditawarkan lewat agen perjalanan. Dengan persetujuan untuk berpastisipasi dalam
pake penawaran itu, hotel secara efektif menghapus pesaing. Sementara itu,
hotel dan perusahaan penyewa mobil juga mengembangkan hubungan kersa sama
dengan perusahaan penerbangan yang menawarkan paket kepada mereka yang sering
bepergian.
Keberhasilan
perusahaan kapal pesiar sesungguhnya merupakan hasil dari pemasaran terkoordinasi
yang dilakukan oleh banyak anggota industry perjalanan. Sebagai contoh,
Pelabuhan Boston berkeinginan menarik lebih banyak bisnis kapal pesiar Massport
secara agresif memasarkan Boston kepada perusahaan-perusahaan kapal pesiar.
Setelah berhasil meyakinkan mereka untuk datang, mereka kemudian mempromosikan
Boston kepada agen-agen perjalanan berpengaruh. Promosi itu sangat penting
karena agen perjalanan menguasai 95% dari seluruh bisnis kapal pesiar. Hasilnya
jumlah kapal yang singgal di Boston naik dua kali lipat dan ada tambahan %17,3
juta pada perekonomian setempat lewat upaya pemasaran bersama itu.
Itu
baru permulaan kerja sama pemasaran industry untuk mempromosikan kapal pesiar.
Perusahaan penerbangan, perusahaan penyewaan mobil, dan jawatan kereta api
bekerja sama mengembangkan paket dengan kapal pesiar. Tindakan itu membutuhkan
koordinasi dalam hal penetapan harga, promosi dan penyampaian paket tadi.
Seperti halnya Massport, pemerintah ataupun BUMN berperan penting melalui
promosi daerah, Negara bagian dan Negara.
Tidak
banyak industry yang saling bergantung seperti perjalanan hotel. Saling
bergantungan itu bisa berkembang menjadi rumit. Industry perjalanan memerlukan
professional pemasaran yang memahami Gambar Besar dan dapat member reaksi terhadap
perubahan kebutuhan pelanggan melalui strategi kreatif yang didasarkan pada
pengetahian pemasaran yang mantap.
2.2
Falsafah Manajemen Pemasaran
2.2.1 Konsep Produksi
Konsep
produksi adalah salah satu dari falsafah tertua yang menjadi pedoman penjual.
Konsep produksi menyatakan bahwa konsumen akan menginginkan produk tersedia
dengan harga yangsangat terjangkau. Oleh karena itu, manajemen harus berfokus
pada produksi serta distribusi yang efisien. Masalah yang muncul pada konsep
produksi adalah bahwa manajemen mungkin terlalu berfokus pada system produksi
sehingga mereka melupakan pelanggan.
Seorang
wisatawan menginap disebuah hotel di Alpen, Swiss yang memiliki pemandangan
indah Danau Jenewa. Ruang makannya mempunyai balkon luar yang memungkinkan
orang menyaksikan keindahan alam sekitar. Menikmati makan pagi di balkon
merupakan cara sempurna untuk menikmati awal musim panas. Bagi tamu, balkon
tersebut sangat bermanfaat, sementara bagi hotel balkon dianggap sebagai
gangguan. Balkon itu terletak di ujung ruang makan, berarti paling jauh dari
dapur. Tidak ada ruang pelayan di dekat balkon sehingga semua makanan harus di
bawa dari ruang makan. Hanya ada satu pintu ke balkon, sehingga sulit untuk
mencapainya. Pendeknya, melayani pelanggan tidak efisien.
Pihak
hotel berusaha agar tamu tidak makan di balkon dengan tidak menyediakan meja.
Bila ada tamu yang minta makan di balkon, wajah pelanggan segera berubah kecut.
Kemudian para tamu harus menunggu 15 menit sampai pelayan selesai mengatur
meja. Setelah makanan disajikan, pelayan menghilang dan tidak pernah muncul
lagi. Itulah cara mereka mengingatkan tamu agar tidak makan di balkon. Hotel
seharusnya memandang balkon itu sebagai sebuah keunggulan dalam bersaing. Titik
perbedaan itumenciptakan pelanggan dan komentar positif dari para pelanggan
tersebut.
2.2.2 Konsep Produk
Konsep
Produk seperti halnya konsep produksi, mempunyai focus ke dalam. Konsep produk
percaya bahwa konsumen lebih menyukai produk dan bentuk produk yang sudah ada,
dan tugas manajemen adalah mengembangkan versi produk tersebut menjadi lebih
baik. Pandangan itu tidak melihat bahwa konsumen berusaha memuaskan
kebutuhannya, dan bisa beralih ke produk yang sama sekali berbeda untuk
mendapatkan kepuasan yang lebih baik, seperti misalnya motek dan bukan hotel,
atau rumah makan cepat saji di kampus buka cafeteria.
Victoria
Station adalah rantai usaha restoran yang spesialisasinya menyediakan daging
iga yang sangat enak. Mereka sangat sukse dan denggan cepat memperluas usaha
menjadi lebih dari 50 unit. Manajemen berfokus pada cara membuat produ yang
lebih baik dan dengan buaya yang lebih rendah. Mereka sampai mengitung umur
sapi dalam hari. Iga sapi panggang dimasalah perahan-lahan agar tidak kering
dan berkerut. Mereka mempunyai produk yang luar biasa. Tetapi pelanggan tidak
lagi terus menerus ingin makan daging merah (daging sapi atau domba) setiap
kali makan di luar. Mereka ingin makan ayam, hidangan laut dan pasta. Victoria
Station mengembangkan system yang menghasilkan sajian makan malam iga bermutu
tinggi, tetapi pasar sasaran mereka tidak lagi menginginkannya. Victoria
Station berorientasi pada produk ketika seharusnya berorientasi pada pasar.
2.2.3 Konsep Penjualan
Konsep
Penjualan berkeyakinan bahwa konsumen tidak akan membeli produk organisasi
dalam jumlah yang cukup kecuali organisasi itu melakukan usaha penjualan dan
promosi gigih. Tujuan dari focus penjualan adalah mendapatkan setiap penjualan
atau kontribusi penjualan itu terhadap pendapatan.
Konsep
penjualan tidak menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan, karena
fokusnya adalah melepaskan apa yang dimiliki dan bukannya menciptakan produk
untuk memenuhi kebutuhan pasar. Restoran sering memasang iklan kalau penjualan
turun, tanpa terlebih dahulu menganalisis penyebab menurunnya penjualan. Mereka
tidak mencoba mengubah produknya agar sesuai dengan pasar yang berubah. Mereka
berusaha keras untuk menjual, mendorong produknya agar sesuai dengan menambah
iklan dan membagi kupon. Akhirnya, mereka akan tersingkir dari bisnis karena
produk mereka tidak lagi memuaskan kebutuhan pasar.
Konsep
penjual merupakan penyakit endemic dalam industry pariwisata. Faktor penyumbang
yang besar adalah kelebihan kapasitas yang kronis. Praktis setiap sector besar
dari industry itu menderita, dan saat ini mengalami gangguan, atau segera akan
mengalami kelebihan kapasitas, kecenderungannya adalah jual-jual-jual. Mengapa
sector-sektor besar seperti hotel, tempat peristirahatan, penerbangan, kapal
pesiar bahkan restoran terus menerus menghadapi kelebihan kapasitas ?
·
Kebanggaan menjadi yang terbesar, dan
menguasai kapasitas terbesar
·
Keyakinan keliru bahwa ekonomi skala akan
terjadi kalau ukuran bertambah
·
Undang-undang pajak yang mendorong
pengembangan real estate untuk membangun property secara berlebihan karena
penghapusan pajak yang besar.
·
Teknologi besar, seperti produk baru dari
produk baru dari pabrik pesawat terbang yang menawarkan produktivitas lebih
tinggi dengan kapasitas tempat dudul lebih banyak walaupun kapasitas yang ada
sudah memadai.
·
Kegagalan mengabungkan manajemen
pendapatan dengan manajemen penjualan/pemasaran
·
Intensif ekonomi oleh pemerintah untuk
mebina infratruktur wisata/perhotelan yang lebih besar demi menciptakan
pertumbuhan ekonomi.
·
Ramalan dan perencanaan yang buruk atau
hampa dari pemilik, konsultan, organisasi keuangan dan pemerintah
·
Mitos bahwa industry perjalanan mempunyai
permintaan di masa depan yang nyaris tidak terbatas.
·
Mitos bahwa pertumbuhan pesat penduduk,
hilangnya hambatan internasional dan peningkatan pendapatan untuk dibelanjakan
untuk sementara akan mengatasi kelebihan kapasitas.
2.2.4
Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran merupakan falsafah bisnis
yang lebih mutakhir dan cepat di terima dalam industry perhotelan. Banyak
perusahaan telah mengadopsi konsep pemasaran. Kita tahu bahwa Four Seasons
Hotel, Marriott dan McDonald’s sepenuhnya mengikuti konsep itu. Konsep
pemasaran berkeyakinan bahwa pencapaian sasaran organisasi bergantung pada
penetapan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta pemberian kepuasan yang diinginkan
dengan cara yang lebih efektif dan efisien ketimbang pesaing.
Anehnya, peluang mendapatkan relung
kadang-kadang tetap ada meski pemasok telah lama mengetahui adanya kebutuhan.
Hal itu mungkin disebabkan oleh kesulitan untuk mengubah perilaku mereka yang
memasok produk seperti staf pelayan restoran.
Konsep penjualan sering dikacaukan dengan
konsep penjualan. Konsep penjualan mempunyai pandang dari dalam ke luar. Konsep
di mulai dengan produk yang sudah ada dan usaha keras untuk menjual dan mempromosikannya
demi mencapai penjualan yang mendatangkan laba. Konsep pemasaran dimulai dengan
kebutuhan dan keinginan pelangga yang menjadi sasaran perusahaan. Perbedaan
yang menonjol adalah konsep pemasaran mempunyai sudut pandang dari luar ke
dalam. Konsep itu diawali dengn pasar yang didefinisikan dengan baik yang
berfokus pada kebutuhan pelanggan. Kedua, aktivitas pemasaran harus di
koordinasikan dengan selutuh organisasi. Ketiga, aktivitas pemasaran harus
diarahkan kepada pencapaian sasaran dan tujuan organisasi. Ringkasnya, konsep
pemasaran dinyatakan sebagai berikut: “perusahaan mengkoordinasikan semua
aktivitas yang akan memperngaruhi kepuasan dan mendapatkan laba dengan
menciptakan dan memelihara kepuasan pelanggan.
2.2.5
Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial
Konsep pemasaran berwawasan social adalah
konsep pemasaran terbaru. Konsrp itu berkeyakinan bahwa organisasi harus
menetapkan kebutuhan, keinginan dan minar pasar sasaran, serta memberikan
kepuasan yang diinginkan dengan cara yang lebih efektif dan efisien ketimbang
pesaing, tanpa mengabaikan pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan konsumen
dan masyarakat.
Konsep pemasaran berwawasan social
mempertanyakan apakah sebuah konsep pemasaran memadai pada zaman ini, yang di
tandai dengan masalah lingkungan, masalah kekurangan sumber daya, pertumbuhan
penduduk yang cepat, inflasi yang melanda seluruh dunia, dan pelayanan social
yang terabaikan. Konsep itu mempertanyakan apakah perusahaan yang memahami,
melayani dan memuaskan keinginan individual selalu melakukan yang terbaik bagi
konsumen dan masyarakat dalam jangka panjang. Konsep pemasaran murni
mengabaikan kemungkinan konflik antara keinginan jangka pendek konsumen dan
kebutuhan jangka panjang masyarakat.
Pendukung konsep pemasaran berwawasan
social menginginkan kelompok yang peduli masyarakat menuntun
perusahaan-perusahaan kearah pengambilan keputusan yang akan menguntungkan
masyarakat dalam jangka panjang. Tekanan masyarakat sudah terwujud dalam
pemasaran pokok dan minuman keras. Rantai usaha perhotelan telah menyediakan
lantai dan bagian restoran yang bebas rokok
Restoran cepat saji yang mempraktikan konsep pemasaran
berwawasan social akan mengusahakan kemasan yang lebih ramah lingkungan, dan
menyajikan makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi. Pemilik
restoran yang cerdik akan melakukan usaha itu sebelum mereka didesak oleh
masyarakat atau undang-undang. Pengembang tempat peristirahatan harus
memperhitungkan dampak pada lingkungan bukan hanya pada awal pembangunan,
melainkan juga yang menyangkut sampah dan penggunaan air. Memburuknya
lingkungan bumi membuat pemasar harus lebih bertanggung jawab terhadap
masyarakat.
2.3
Budaya Layanan Hospitality
Beberapa
manajer berpendapat, operasi hanya ada dalam pengertian barang yang berwujud.
Dengan demikian, manajer restoran siap saji yang berpikiran bahwa mereka hanya
menjual hambuger kerap memiliki “karyawan yang lamban dan kasar, fasilitas yang
tidak menarik dan kotor, serta cuma sedikitpelangga yang datang kembali”. Salah
satu tugas terpenting bisnis pariwisata adalah pengembangan sisi jasa dalam
bisnis itu, demi pengembangan budaya jasa yang kuat.
Budaya
jasa berfokus pada pelayanan dan kepuasan pelanggan. Budaya jasa harus dimulai
dari manajemen puncak untuk kemudian mengalir ke bawah. Isadore Sharp
mengerahkan busaya jasa di Four Seasons Hotel melalui komunikasi dengan
karyawan, kebijakan perusahaan, dan tindakan pribadi. Keyakinan bahwa pelanggan
adalah hal nomor satu Four Seasons Hotel melalui komunikasi dengan karyawan,
kebijakan perusahaan dan tindakan pribadi. Keyakinan bahwa pelanggan adalah hal
nomor satu di Four Seasons dipegang teguh oleh semua karyawan. Budaya jasa itu
terlihat saat karyawan yang melakukan usaha luar biasa untuk memuaskan
pelanggan, dinobatkan menjadi Karyawan Teladan Tahun Ini.
Budaya
jasa memberi kuasa kepada karyawan untuk menyelesaikan masalah pelanggan.
Budaya itu di dukung oleh system penghargaan yang di dasari pada kepuasan
pelanggan. suatu Pada umumnya manusia akan melakukan sesuatu yang ada
penghargaannya. Bila sebuah organisasi ingin memberikan produk yang bermutu,
maka budaya organisasi itu harus mendukung dan menghargai perhatian terhadap
kebutuhan pelanggan.
2.4
Karakteristik Layanan Hospitality
2.4.1 Tidak Berwujud
Berbeda
dengan produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dicicip, diraba, didengar,
ataupun dibaui sebelum dibeli. Sebelum beranjak ke dalam pesawat, para
penumpang tidak mempunyai apa-apa selain tiket dan janji untuk di antarkan ke
tempat tujuan dengan selamat. Para awak wiraniaga hotel tidak dapat
membawa-bawa hotel saat menjajakan produk mereka. Sesunggunya mereka tidak
menjual kamar, melainkan menjual hak untuk menggunakan kamar dalam periode
tertentu. Ketika tamu hotel pulang, tidak ada apa-apa yang dapat ditunjukan
dari pembeluan itu kecuali selembar kuitansi. Menurut pengamatan Robert Lewis,
mereka yang membeli jasa memang pergi dengan tangan kosong, tetapi tidak dengan
kepala kosong. ,mereka mempunyai kenangan yang dapat diceritakan dengan orang
lain.
Untuk
mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh ketidak terwujudan, pembeli
mencari bukti terwujud yang dapat memberikan informasi dan kepercayaan akan
jasa yang terimanya. Eksterior restoran adalah bagian pertama yang terlihat
oleh tamu yang datang. Kondisi halaman dan kebersihan restoran secara
keseluruhan menjadi tolak ukur seberapa baik restoran itu dikelola. Beraneka
ragan wujud menajdi signal dari mutu pelayanan yang tak berwujud. Regent hotel
di Hongkong memastikan semua karyawannya, baik yang berseragam maupun yang
tida, telah diserapi pemahaman yang kemudian dapat memperkuat citra elegan dan
professional hotel itu. Penampilan karyawan merupakan bagian dari bukti
berwujud Regent. Hotel itu juga sengaja memarkir mobil mewah seperti Rolls
Royce di area depan untuk membei pesan segera tentang kualitas jasa yang
berkelas tinggi.
2.4.2 Tidak Dapat Berpisah-pisah
Dalam
kebanyakan jasa kepariwisataan, penyedia jasa maupun pelangga harus hadir agar
transaksi dapat terjadi. Karyawan yang berhubungan dengan pelanggan merupakan
bagian dari prouk. Sebauh restoran bisa saja menyediakan makanan yang luar
biasa, tetapi bila pelayanannya mempunyai perilaku yang buruk atau tidak
melayani dengan sepenuh hati, maka pelanggan akan menilai rendah pengalamannya
di restoran itu secara keseluruhan. Mereka tidak akan merasa puas dengan
pelanggannya.
Tidak
dapat dipisah-pisah pada jasa juga berarti bahwa pelanggan merupakan bagian
dari produk. Sepasang sejoli mungkin saja memilih sebuah restoran karena disana
tenang dan romantis, tetapi bila kemudian sekelompok tamu yang ramai dan rebut
ditempatkan di ruang yang sama dengan mereka, pasangan itu tentu akan merasa
kecewa. Manajer harus mengelola para pelanggannya sehingga mereka tidak
menciptakan ketidakpuasan bagi pelanggan yang lain.
2.4.3 Berubah-ubah
Jasa
memiliki sekali variasi. Kualitasnya bergantung pada orang yang menyediakannya,
serta kapan dan dimana jasa itu diberikan. Ada beberapa penyebab berubah-ubah
jasanya. Jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara berkesinambungan, sehingga
membatasi pengendalian mutu. Fluktuasi permintaan menimbulkan kesulitan untuk
menyediakan produk yang konsisten selama periode ramainya permintaan. Kontak
tinggi antara penyedia jasa dan tamu berarti bahwa konsistensi produk
bergantung pada keterampilan penyedia jasa pada saat pertukaran. Seorang tamu
dapat menerima jasa yang sangat baik pada suatu hari dan biasa-biasa saja pada
hari berikutnya dari orang sama. Pada saat jasa bersifat biasa-biasa saja, si
pemebri layanan kemungkinan sedang kurang sehat atau sedang mengalami masalah
emosional. Sifat berubah-ubah atau kurangnya konsistensi produk merupakan
penyebab utama kekecewaan pelanggan dalam industry pariwisata.
2.4.4 Tidak Dapat di simpan
Jasa
tidak dapat di simpan. Sebuah hotel dengan kapasitas 100 kamar yang hanya mampu
menjual 60 kamar pada suatu malam tidak dapat menyimpan 40 kamar yang tidak
terjual itu untuk kemudian menjual 140 kamar pada malam berikutnya. Pendapatan
yang hilang karena 40 kamar yang tidak terjual itu tidak akan pernah kembali.
Karena jasa tidak dapat disimpan beberapa hotel mengenakan biaya jaminan
pemesanan kamar saat si pemesan membatalkan diri. Restoran-restoran juga mulai
mengenakan biaya pada pelanggan yang tidak muncul setelah pemesanan tempat.
Mereka juga menyadari bahwa bila seseorang tidak muncul padahal sudah memesan
tempat, peluang untuk menjual tempat itu sudah hilang. Bila jasa dimaksudkan
untuk memaksimalkan pendapatan, mereka harus mengelola kapasitas dan
permintaan, karena mereka tidak dapat menjual inventaris yang tidak terjual itu
pada waktu berikutnya.
2.5
Strategi Manajemen Layanan Hospitality
2.5.1 Mengelola Pembeda terhadap pesaing
Saat
ini, pada masa yang di warnai dengan pesaing harga yang ketat, para pemasara
jasa kerap mengeluh tentang sulitnya membuat pembedaan layanan mereka dari
layanan pesaing. Sejauh para pelanggan menganggap sama layanan dari berbagai
penyedia jasa, mereka kurang tertarik pada siapa penyedianya tetapi lebih
tertarik pada harga.
Jalan
keluar bagi pesaing harga itu adalah pengembangan tawaran, pengiriman dan citra
yang terbedakan. Tawaran itu dapat mencakup cirri inovatif, yang menempatkan tawaran
satu perusahaan lepas dari tawaran perusahaan lain. Sebagai contoh, penerbangan
telah memperkenalkan inovasi-inovasi seperti tayangan film selama terbang,
pemesanan tempat di muka, layanan telepon di udara, dan program penghargaan
bagi pelanggan yang sering terbang. Masalah kebanyakan inovasi layanan mudah
ditiru. Namun, perusahaan jasa yang secara teratur menciptakan inovasi biasanya
akan memperoleh keunggulan sementara serta reputasi yang inovatif secara
berkesinambungan, yang dapat membantu mempertahankan pelanggan yang
menginginkan yang terbaik.
Perusahaan-perusahaan
jasa dapat membedakan pemberian jasa mereka dalam tiga cara, yaitu melalui
orang, lingkungan fisik dan proses. Perusahaan dapat menonjolkan diri dengan
memiliki karyawan pengontok pelanggan yang lebih mampu dan dapat dipercaya
ketimbang pesaingnya. Atau, perusahaan itu, dapat menciptakan lingkungan fisik
yang paling unggul dimana produk jasa itu diserahkan. Pada akhirnya, perusahaan
dapat mendesign proses penyerahan yang paling baik.
2.5.2 Mengelola Kualitas Jasa
Salah
satu cara utama yang dapat digunakan
perusahaan untuk membedakan diri adalah dengan secara konsisten memberikan
kualitas yang lebih tinggi daripada yang diberikan para pesaingnya. Seperti
halnya para manufaktur sebelum mereka, banyak industry jasa kini telah
melaksanakan gerakan jasa total. Banyak perusahaan mendapatkan bahwa kualitas
jasa yang lain dari yang biasanya dapat member mereka keunggulan bersaing yang
manjur, yang menghasilkan kinerja penjualan dan laba paling unggul. Beberapa
perusahaan nyaris menjadi legenda berkat layanan mereka yang berkualitas
tinggi.
Penyedia
jasa perlu mengenal harapan pelanggan sasaran sehubungan dengan kualitas jasa.
Masalahnya, kualitas jasa lebih sulit didefinisikan dan di nilai ketimbang
kualitas produk. Lebih dari itu, walaupun kualitas jasa yang lebih baik
menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih besar, biayanya juga menjadi lebih
tinggi. Namun investasi untuk jasa biasanya memberikan hasil yang baik berupa
ingatan pelanggan dan penjualan. Apapun level layanan yang diberikan, penyedia
jasa perlu mendefinisikan dengan jelas dan mengkomunikasikan level layanan itu,
sehingga para karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka berikan, dan
pelanggan tahu apa yang akan mereka dapatkan.
2.5.3 Menjadikan Produk Mudah terlihat
Para
pemasar jasa harus mengambil langkah-langkah untuk menyediakan bukti bagi calon
pelanggan yang akan membantu menjadikan layanan mereka mudah terlihat. Materi
promosi, penampilan karyawan, dan lingkungan fisik perusahaan jasa membantu
menjadikan jasa mudah terlihat. Materi promosi sebuah hotel bisa mencakup paket
map rapat berisi foto area umum hotel, kamar tamu, dan ruang rapat. Paket itu
juga harus menyertakan petunjuk lantai ruang rapat, termasuk kapasitas ruangan
dalam berbagai tipe pengaturan agar calon penyewa dapat membayangkan ruang
tersebut.
Wiranegara
resepsi restoran kelas atas dapat mengwujudkan produk dengan membawa contoh kue
ketika melakukan kunjungan penjualan di pagi hari. Hal ini menciptakan niat
baik dan menjadi petunjuk berwujud bagi calon pembeli mengenai kualitas makanan
restoran ini. Wiraganegara itu juga dapat membawa album berisi foto pengaturan
ruang resepsi, penyajian berbagai makanan utama dan surat pernyataan puas dari
klien lama.
2.5.4 Mengelola Lingkungan Fisik
Bukti
fisik yang tidak di kelola secara memadai dapat merugikan bisnis. Epsan
negative yang dikomunikasikan oleh bukti fisik yang tidak dirawat dengan baik,
antara lain spanduk yang terus mengiklankan liburan khusus dua minggu serelah
liburan berlalu, spanduk yang tulisan salah dieja atau yang lampunya mati,
tempat parkir dan halaman yang tidak rapi serta penih sampah dan karywan dengan
seragam kotor ditempat kerja yang berantakan. Hal-hal seperti itu memberikan
kesan negative kepada pelanggan.
Lingkungan
fisik harus di design supaya dapat menguatkan posisi produk dalam benal
pelanggan. petugas terima tamu di hotel mewah harus mengenakan pakaian yang
sesuai dengan keadaan yang ada dan peraturan yang sudah ditentukan.
2.5.5 Menghijaukan Industri Pariwisata
Dalam
beberapa tahun terakhir ini, penggunaan arsitektur pemandangan alam luar dan
pemanfaatan cahaya ataupun tanaman di dalam gedung banyak disukai serta
merupakan metode popular untuk
menciptakan produk yang terbedakan dan lebih terwujud.
2.5.6 Mengelola Karyawan
Dalam
industry pariwisara karyawan merupakan bagian yang sangat penting dari bauran
pemasaran. Ini berarti departemen sumber daya manusia dan departemen pemasaran
harus erat bekerja sama. Direstoran tanpa
departemen sumber daya manusia, manajer restoran bertindak sebagai manajer
sumber daya manusia. Manajer harus merekrut karyawan yang ramah dan cakap.
Manajer harus pula merumuskan kebijakan yang mendukung hubungan positif anatara
karyawan dan tamu.
2.5.7 Mengelola Risiko yang terpikirkan
Pelanggan
yang memberli produk pariwisata mengalami kekhawatiran karena t=tidak daoat
mebcoba produk itu sebelumnya. Bayangkan seorang wiraniaga yang diminta oleh
manajer penjualannya untuk mengatur rapat penjualan regional. Dalam pengaturan
ruang rapat itu wiranegara wtersebut harus mempercayai wiranniaga hotel.
Wiraniaga yang baik akan menghapus ke khawatiran klien dengan memberitahu bahwa
mereka sudah pernah menangani ratusan rapat yang sukses sebelumnya.
2.5.8 Mengelola Konsistensi
Konsistensi
adalah salah satu faktor kunci yang menentukan suksesnya bisnis jasa.
Konsistensi berarti pelangga akan menerima produk yang diharapkan tanpa adanya
keterkejutan yang tak di harapkan. Dalam industry hotel, hal itu berarti
permintaan via telepon untuk di bangunkan pada pukul 7.00 pagi akan terjadi
seperti yang di harapkan, dan kopi yang dipesan untuk rehat rapat pada pukul
15.00 sudah siap menunggu. Dalam bisnis restoran konsistensi berarti scampi
udang akan mempunyaicita rasa yang sama dengan dua minggu yang lalu, handuk
akan selalu tersedia dalam kamar mandi, dan merek vodka yang tersediakan minggu
lalu akan tersedia lagi bulan depan.
2.5.9 Mengelola Kapasitas dan permintaan
Karena
jasa tidak dapat disimpan, pengelolaan kapasitas dan permintaan merupakan
fungsi kunci dari pemasaran pariwisata. Sebagai contoh, Mother’s day secara
tradisional merupakan hari yang palin sibuk sepanjang tahun bagi restoran,
dengan puncaknya antara pukul 11.00 dan pukul 14.00. periode tiga jam itu bagi
pemilik restoran menghadirkan salah satu peluang penjualan paling tinggi
sepanjang tahun. Untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dari peluang itu,
manajer restoran harus melakukan dua hal. Pertama, mereka harus menyesuaikan
system operasi agar bisnis dapat dijalankan dengan kapasitas maksimal. Kedua,
mereka harus ingat bahwa sasaran mereka adalah penciptaan pelanggan yang puas.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Industry
pemasaran adalah salah satu industry besar di dunia. Di Amerika Serikat, industry
itu merupakan penyedia kaerja nomor dua, menyerap sekitar 12 juta pekerja. Di
lebih dari 50 negara bagian, industry itu paling besar. Penjualan total
industry pariwisata saat ini melampaui $500 miliar per tahun.
Pemasaran
perhotelan yang sukses sangat bergantung pada keseluruhan industry perjalanan.
Sebagai contoh, banyak tamu tempat-tempat peristirahatan atau hotel membeli
paket pariwisata perjalanan yang dikemas dan ditawarkan lewat agen perjalanan.
Dalam falsafah manajemen
pemasaran terdapat konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep
pemasaran dan konsep pemasaran berwawasan social. Budaya jasa berfokus pada
pelayanan dan kepuasan pelanggan. Budaya jasa harus dimulai dari manajemen
puncak untuk kemudian mengalir ke bawah. Isadore Sharp mengerahkan busaya jasa
di Four Seasons Hotel melalui komunikasi dengan karyawan, kebijakan perusahaan,
dan tindakan pribadi. Keyakinan bahwa pelanggan adalah hal nomor satu Four
Seasons Hotel melalui komunikasi dengan karyawan, kebijakan perusahaan dan tindakan
pribadi. Keyakinan bahwa pelanggan adalah hal nomor satu di Four Seasons
dipegang teguh oleh semua karyawan. Budaya jasa itu terlihat saat karyawan yang
melakukan usaha luar biasa untuk memuaskan pelanggan, dinobatkan menjadi
Karyawan Teladan Tahun Ini.
Karakteristik layanan
hospitality terdapat tak berwujud, tidak dapat berpisah-pisah, berubah-ubah dan
tidak dapat di pisah.
Terima kasih materinya, sgt bermanfaat
ReplyDelete